![]() |
Tim YGSI Bersama Perwakilan Dari Beberapa Dinas Terkait Saat Melakukan Diskusi Dan Evaluasi Di Ballroom Kantor Bupati Lombok Timur. Rabu, (18/6/2025) |
Lombok Timur - Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) gelar pertemuan dan diskusi rutin guna memastikan sejauh mana capaian pembelajaran PKRS yang melibatkan guru dan siswa yang sudah diterapkan di sekolah sekolah yang menjadi Piloting Projek. Tema yang diangkat adalah 'Pendidik Sebaya di Kabupaten Lombok Timur'.
Acara berlangsung di ruang Ballroom Kantor Bupati Lombok Timur pada Rabu, 18 Juni 2025. Menghadirkan Dinas PMD dan DP3AKB, perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan juga perwakilan Dinas Kesehatan.
Field Officer YGSI Samsul Hadi,dalam paparannya menyampaikan tujuan pertemuan adalah pertama, sebagai upaya Audiensi kepada Pemerintah mengenai pentingnya implementasi Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual (PKRS) disekolah. Sebagai salah satu langkah pencegahan permasalahan anak disekolah maupun madrasah seperti perkawinan anak, kekerasan seksual, bullying dan sebagainya.
![]() |
Peserta Diskusi Dan Evaluasi Program PKRS Oleh YGSI. |
Kedua, mendorong komitmen OPD khusunya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Timur dan Kemenag Lombok Timur untuk melanjutkan implementasi PKRS di sekolah maupun madrasah.
"Terakhir juga sebagai wadah untuk berbagi metode maupun media pendukung implementasi PKRS disekolah dan madrasah sehingga pembelajaran PKRS lebih menarik", terangnya.
Di Kabupaten Lombok Timur lanjut Samsul Hadi, Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas di implementasikan di 4 Sekolah Pilot Projek
sejak tahun 2022. Selama implementasi, kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan berkala oleh YGSI guna memotret capaian implementasi PKRS di Sekolah.
Khususnya capaian pembelajaran PKRS yang melibatkan guru dan siswa. Berdasarkan hasil monev pembelajaran PKRS di Lombok Timur yang dilakukan YGSI pada tahun 2024 menunjukan bahwa sebanyak 957 Siswa/Siswi kelas 7 dan kelas 8 yang tersebar di 4 Sekolah intervensi mengalami peningkatan pengetahuan dan pemahaman kesehatan reproduksi dan seksualitas setelah mendapatkan edukasi dari sekolah PKRS.
"Ini merupakan capaian yang menggembirakan, namun indentifikasi capaian dan tantangan implementasi PKRS dari segi kebijakan Sekolah untuk mendukung Pendidik Sebaya masih belum terlihat ", imbuh Samsul.
Oleh karenanya, YGSI merasa penting melakukan pertemuan dan diskusi rutin Pendidik Sebaya di Lombok Timur untuk monitoring dan evaluasi capaian implementasi PKRS tidak hanya pada konteks pembelajaran PKRS di Sekolah. Tetapi juga penting melihat aspek kebijakan pendukung, peran stakeholder dalam mendukung implementasi PKRS di Sekolah.
Rencana tindak lanjut dari sekolah telah melibatkan sekolah intervensi dan OPD terkait yang ada di Lombok Timur, membahas hasil Pendidikan Reproduksi dan Kesehatan (PKRS)
Dalam kegiatan diberikan kesempatan kepada Guru dan Siswa yang Hadir untuk mempresentasikan hasil PKRS yang sudah di terapkan di sekolah yang menjadi Pilot Projek.
"Alhamdulillah anak - anak sangat antusias mengikuti pelajaran PKRS karena hal yang awalnya dianggap tabu menjadi bahan edukasi sehingga siswa paham apa itu alat reproduksi dan sejenisnya", ungkap perwakilan Guru dari SMPN 3 Pringgabaya.
Hal senada disampaikan Guru Perwakilan SMPN 1 Labuhan Haji yang merasa kehadiran YGSI melalui program PKRS telah membawa banyak perubahan bagi siswa.
"Alhamdulillah setelah mendapatkan kegiatan yang di lakukan YGSI di salah satu tempat di Lombok Tengah. Telah terjadi perubahan kepada siswa di Kelas yang sudah mendapatkan materi PKRS", ungkapnya.
Dari SMPN 5 Selong yang juga masuk piloting program untuk PKRS, mencatat angka perkawinan anak dari tahun 2022 sampai 2025 jauh mengalami penurunan. Hal - hal yang lain seperti kekerasan atau kasus bullying sudah mulai berkurang.
"Mudah mudahan tidak terjadi lagi pluktuasi seperti di tahun tahun sebelumnya YGSI hadir di Lombok Timur", ungkap perwakilan Guru yang hadir.
Perlu kita intervensi melalui orang tua atau wali siswa. Kami berharap PKRS bisa masuk dalam mata pelajaran Muatan Lokal.
Setiap guru yang menyampaikan, kehadiran YGSI melalui PKRS semakin terlihat dampak positifnya di siswa siswi yang sudah mendapatkan materinya. Terbukti dengan semakin menurunnya tingkat perkawinan anak di bawah umur di banyak Sekolah di Lombok Timur.
Sebagai perwakilan dari Dinas PMD Kabid Assairul Kabir dalam paparannya mengatakan dirasa perlu koordinasi antara pihak sekolah dan madrasah yang ada yang menerapkan PKRS dengan pihak Desa setempat.
Sementara menurutnya hal itu dirasa penting mengingat daerah NTB masih dikenal sebagai Propinsi dengan angka perkawinan yang tinggi.
"Jadi mari untuk saling mengintropeksi dan mengevaluasi diri untuk kemudian diberikan kontribusi", ucapnya.
Dinas PMD lanjut Kabir, sesuai Undang -undang Desa yang ada memang bertugas mengatur banyak hal termasuk upaya bagaimana mensejahterakan Desa melalui Dana Desa yang digelontorkan setiap tahunnya.
"Kebanyakan Sekolah tidak dilibatkan desa dalam membahas RPJMDes sehingga alokasi dana Desa terkadang salah sasaran. Jika sudah masuk kegiatannya di RPJMDes baru kemudian dimasukkan ke RKPDes. Sehingga dibutuhkan kolaborasi dari pihak sekolah dengan pihak desa agar bisa dianggarkan untuk berkegiatan", tegasnya.
Sementara itu perwakilan dari Dinas P3AKB melalui Kabid Perlindungan Perempuan Ibu Fathiyah menyampaikan pihaknya sudah banyak menangani korban korban kekerasan terhadap perempuan di Lombok Timur. Sehingga dari tahun ke tahun trandnya sudah banyak mengalami penurunan setelah adanya program PKRS.
Para guru juga diharapkan tetap menjadi perpanjangan lidah bagi para siswa yang di didik akan pentingnya edukasi dan intervensi akan bahaya kekerasan seksual. Dengan mengenal diri sendiri mengenal cara berpakaian, mengenal batasan batasan umur kapan seorang siswa atau siswi tidak boleh lagi di sentuh oleh orang yang bukan orang tuanya sendiri.
"Kami di DP3AKB sudah bergerak sejak lama, karena memang sudah menjadi tupoksi kami di Dinas. Tinggal sekarang bagaimana kita bergerak bersama satuan pendidikan mengedukasi agar siswa siswi kita tau batasan mengenal dan menjaga dirinya", terangnya.
Kasi Madrasah Ustadz Suaeb selaku Perwakilan Kemenag Lombok Timur dalam paparannya menyampaikan program YGSI terkait PKRS ini sangat baik. Pihaknya pun mendukung penuh program ini dengan memberikan ruang bagi setiap madrasah agar PKRS bisa dimasukkan lewat kurikulum Muatan Lokal.
Antara Madrasah dan Sekolah lanjut Suaeb dalam isi dan materi Pendidikan tidak jauh beda. Mengingat disana ada anak - anak remaja atau usia pubertas yang harus di perhatikan masa depannya. Ia juga mengingatkan kepada semua pihak untuk tidak saling menyalahkan. Namun yang di butuhkan adalah Solusi untuk mengemas zaman moderenisasi ini menjadi zaman dengan generasi yang berakhlak baik.
"Melalui program ini mari kita sama sama melalui Muatan Lokal mulai di masukkan untuk memperkenalkan lebih jauh apa PKRS itu tanpa dirasa menjadi barang tabu lagi", pintanya.
Dimi Ahadtina , Perwakilan dari Dinas Kesehatan menyampaikan bahwa lewat program yang diluncurkan di setiap Puskesmas banyak edukasi yang menyasar semua remaja. Mulai dari bahaya pergaulan bebas hingga penanganan kesehatan dan program konseling di Puskesmas dan masing - masing Posyandu.
"Setiap remaja sudah mendapatkan fasilitas kesehatan sendiri kalau tidak salah 2 kali dalam setahun. Dicek secara berkala dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMA. Di kami itu disetiap Puskesmas dari sejak lama sisah ada MOU dengan pihak sekolah begitu juga dengan Pihak Madrasah", bebernya.
Acara dimeriahkan gelar karya dari Pendidik Sebaya SMPN 1 Jerowaru menampilkan Tes Tebak Gambar Organ Reproduksi, SMPN 5 Selong menampilkan Tes Monopoli yang berisi Mitos dan Fakta dan MTS NWDI Selayar menampilkan Tes soal PKRS Teka Teki Silang dan Learning Tree PKRS.
"Alhamdulillah, dari pertemuan ini Imbas jadinya, di Dinas Dikbud di pengimbasan melalui 50 sekolah dan di Kemenag akan di lanjutkan melalui mata pelajaran Muatan Lokal", tandas Samsul. (DN1).
No comments:
Post a Comment